Minggu, 22 Desember 2013

Mungkin, aku terlalu berharap banyak

Rasanya semua terjadi begitu cepat, kita berkenalan lalu tiba-tiba merasakan perasaan yang aneh. Setiap hari rasanya berbeda dan tak lagi sama. Kamu hadir membawa banyak perubahan dalam hari-hariku. Hitam dan putih menjadi lebih berwarna ketika sosokmu hadir mengisi ruang-ruang kosong dihatiku. Tak ada percakapan yang biasa, seakan-akan semua terasa begitu ajaib dan luar biasa. Entahlah, perasaan ini bertumbuh melebihi batas yang kutahu.

Aku menjadi takut kehilanganmu. Siksaan datang bertubi-tubi ketika tubuhmu tidak berada disampingku. Kamu seperti mengendalikan otak dan hatiku, ada sebab yang tak kumengerti sedikitpun. Aku sulit jauh darimu, aku membutuhkanmu seperti aku butuh udara. Napasku akan tercekat jika sosokmuhilang dari pandangan mata. Salahkah jika KAMU selalu kunomorSATUkan?

Tapi... entah mengapa sikapmu tidak seperti sikapku. Perhatianmu tak sedalam perhatianku. Tatapan matamu tak setajam tatapan mukaku. Adakah kesalahan diantara aku dan kamu? Apakah kamu tak merasakan yang juga aku rasakan?

Kamu mungkin belum terlalu paham dengan perasaanku, karena kamu memang tak pernah sibuk memikirkanku. Berdosakah jika aku seringkali menjatuhkan airmata untukmu? Aku selalu kehilangan kamu, dan kamu juga selalu pergi tanpa meminta izin. Meminta izin? Memangnya aku siapa? Kekasihmu? Bodoh! Tolol! Hadir dalam mimpimu pun aku sudah bersyukur, apalagi bisa jadi milikmu seutuhnya. Mungkinkah? Bisakah?

Janjimu terlalu banyak, hingga aku lupa menghitung mana saja yang belum kamu tepati. Begitu sering kamu menyakiti, tapi kumaafkan lagi berkali-kali. Lihatlah aku yang hanya bisa terdiam dan membisu. Pandanglah aku yang mencintaimu dengan tulus namun kau hempaskan dengan begitu bulus. Seberapa tidak pentingkah aku? Apakah aku hanyalah persimpangan jalan yang selalu kau abaikan - juga kau tinggalkan?

Apakah aku tak berharga dimatamu? Apakah aku hanyalah boneka yang selalu ikut aturanmu? Dimana letak hatimu?! Aku tak bisa banyak bicara tentang cinta, jika kauterus tulikan telinga. Aku tak mungkin bisa berkata rindu, jika berkali-kali kauciptakan jarak yang semakin jauh. Aku tak bisa apa-apa selain memandangimu dan membawa namamu dalam percakapan panjangku dengan Tuhan :)

Sadarkah jemarimu selalu lukai hatiku? Ingatkah perkataanmu selalu mengahncurleburkan mimpi-mmpiku? Apakah aku tak pantas bahagia bersamamu? Terlalu banyak pertanyaan. Aku muak sendiri. Aku mencintaimu yang belum tentu mencintaiku. Aku mengagumimu yang belum tentu paham dengan rasa kagumku.

Aku bukan siapa-siapa dimatamu, dan tak akan pernah menjadi siapa-siapa. Sebenarnya, aku juga ingin tahu, dimanakah kau letakkan hatiku yang selama ini kuberikan padamu. Tapi, kamu pasti enggan menjawab dan tak mau tahu soal rasa penasaranku. Siapakah seseorang yang telah beruntung karena memiliki hatimu?

Mungkin... semua memang salahku. Yang menganggap semuanya berubah sesuai keinginanku. Yang bermimpi bisa menjadikanmu lebih dari teman. Salahkah jika perasaanku bertumbuh melebihi batas kewajaran? Aku mencintaimu tidak hanya sebagai teman, tapi juga sebagai teman, tapi juga sebagai seseorang yang begitu bernilai dalam hidupku.

Namun, semua jauh dari harapku selama ini. Mungkin, memang aku yang terlalu berharap banyak. Akulah yang tak menyadari posisiku dan tak menyadari letakmu yang sungguh jauh dari genggaman tangan. Akulah yang bodoh. Akulah yang bersalah!

Tenanglah, tak perlu memerhatikan ku lagi. Aku terbiasa tersakiti kok, terutama jika sebabnya kamu. Tidak perlu basa-basi, aku bisa sendiri. Dan, kamu pasti tak sadar, aku berbohong jika aku bisa begitu mudah melupakanmu.

MENJAUHLAH. Aku ingin dekat-dekat dengan kesepian saja, disana lukaku terobati, disana tak kutemui orang sepertimu, yang berganti-ganti topeng dengan mudahnya, yang berkata SAYANG dengan GAMPANGNYA.

*dari seseorang yang kehabisan cara membuktikan rasa cintanya - dwitasari

Cinta dalam rumitnya Dunia Maya

"Apakah cinta selalu membutuhkan PERJUMPAAN NYATA? Bisakah cinta hadir tanpa adanya PERJUMPAAN NYATA?"

Pernahkah kalian jatuh cinta pada seseorang yang bahkan baru kalian kenal? Seseorang yang bahkan belum kalian ketahui wujud aslinya? Seseorang yang hanya bisa kalian nikmati senyumnya melalui benda 2 dimensi bernama foto? Seseorang yang kalian ketahui melalui tempat ABSURD yang bahkan selalu dianggap sebagai tempat berkumpulnya orang tak punya pekerjaan... Jejaring Sosial.

Jejaring sosial saat-saat ini berubah menjadi "dunia" yang bahkan terkesan sangat nyata. Seseorang bisa saling bertukar pendapat, bertukar pikiran, dan bersahabat, alasan tiga hal itu bisa dilakukan adalah karena mereka COCOK, walaupun kecocokan itu hanya bisa tercipta melalui dunia maya. Kecocokan dan perhatian kecil itulah yang bisa membuat seseorang jatuh cinta dengan teman dunia mayanya, jatuh cinta pada seseorang yang bahkan belum pernah mereka temui.

Siapa yang sangka? Siapa yang bisa menerka? Ketika cinta diam-diam merasuki perasaan seseorang, dengan cara yang berbeda-beda, dengan cara-cara aneh yang bahkan tak bisa dilogiskan oleh akal sehat. Memang, kadang cinta itu bersifat abnormal, menjauhi garis normal, dan mendekati garis yang tak logis. Tapi, ketidaknormalan itulah yang membuat cinta menjadi indah, kebodohan itulah yang membuat cinta terasa mengesankan.

Hanya karena status beberapabaris di facebook, hanya karena beberapa karakter tweet di twitter, dan hanya makhluk cerdas bernama handphone itu, seseorang bisa jatuh cinta? JELAS! Cinta bisa datang dengan cara yang unik, bahkan hanya melalui tulisan sekalipun, bahkan hanya melalui foto sekalipun. Jatuh cinta memang selalu indah bukan? Walaupun cinta dalam konteks ini adalah cinta yang tercipta melalui tekhnologi, cinta yang terbentuk melalui tulisan-tulisan lugu yang menghasilkan rindu.

 Cinta tak selalu datang melalui tatapan mata, cinta tak selalu datang bahkan ketika kita mengetahui wujud asli seseorang. Cinta punya cara tersendiri untuk menyatukan seseorang, dengan cara yang logis atau bahkan tak logis sekalipun, dengan dunia nyata atau bahkan dunia maya serumit apapun. Dengan adanya teknologi, dengan semakin cerdasnya seseorang mengungkapkan perasaannya melalui tulisan, maka cinta bisa mudah datang.

Dan, inilan satu pertanyaan simple bagi mereka yang jatuh cinta karena jejaring sosial: apakah mereka membutuhkan perjumpaan nyata?

Rabu, 18 Desember 2013

Suatu malam, di kotaku

Kita pernah sepakat, untuk TAK satukan rasa, untuk membiarkan semuanya termakan waktu, lalu terlupakan oleh jarak yang terbentang. Aku dan kamu pernah berjanji, agar tak membawa segala rasa dan persepsi ke arah yang lebih serius. Kita bertahan, terus bertahan, namun semua diluar dugaan. Sesuatu yang telah kita tolak kehadirannya memilih untuk menampakkan diri. Lalu, aku dan kamu semakin mencoba untuk TAK PEDULI, dan bertahan untuk merawat gengsi.

Tak bisa dipungkiri, ada RINDU yang diam-diam tertanam, ketika ragamu tak mampu kurengkuh, ketika sentuhanmu tak selalu kurasakan. Kita menjalin hubungan, tak terikat, tapi timbulkan beberapa akibat; JATUH CINTA. Iya, dan aku dan kamu masih berusaha memungkiri yang selama ini terjadi. Tak mau saling mengaku dan masih ingin menyembunyikan. Aku dan kamu masih terlibat trauma, dan tak ingin buru-buru mengucap kata cinta.

Sekarang, ketika pengakuan sudah saling terucapkan, ketika rasa kita mulai temukan penyatuan, ternyata masih ada tantangan; JARAK. Yang sulit kita lawan dan sangat sulit kita hadapi sendiri. Masih ada pertengkaran ditengah rasa rindu, dan ada rasa rindu dibalik rasa angkuh dan keras kepala kita masing-masing.

Mengutip perkataanmu, saat dekat ribut, saat jauh baru terasa kangen.

Lihatlah, kita saling mencintai, mengasihi tapi kebingungan mencari cara untuk mengungkapkan dan mengucapkan. Kita terlalu berharap pada waktu dan juga keadaan yang diam-diam akan bocorkan yang kita rasakan.

Sampai sekarang, tak ada status yang benar-benar jelas. Kadang, kita menjauh, kadang, saling berdekatan. Kita seperti gedung-gedung tinggi di Jakarta, SALING BERDEKATAN tapi ENGGAN BERSENTUHAN.

Kita terlalu sering dijauhkan jarak, terlalu sering memperdebatkan hal sepele, tapi rindu masih memegang kendali. Aku dan kamu benar-benar SALING MELUPAKAN.

*ketika kita tak sempat bertemu, saya harap kamu sehat-sehat dan baik-baik saja. saya merindukanmu, juga KITA yang DULU.

Selasa, 17 Desember 2013

Terimakasih telah menyembunyikanku

Kita sudah hilang kontak sejak lama, sejak aku meninggalkan Jogja untuk beberapa bulan. Alasanku cepat-cepat pergi karena masih banyak hal yang harus kuselesaikan disini. Kuliahku, tulisanku, dan beberapa lagu-lagu rindu yang sebenarnya hanya tertuju untukmu. Dengan mata yang terkantuk-kantuk sehabis mengerjakan tugas kuliah ini, tiba-tiba aku ingin menulis tentang kamu. Tentang pria yang selalu datang pergi, hadir dan hilang, dekat dan menjauh; KAMU.

Aku tak tau apakah liburan kali ini aku bisa pulang ke Jogja. Aku juga tak mau berjanji jika bisa menemanimu akhir tahun ini, seperti beberapa tahun lalu kita menghabiskan tahun baru di Jogja, sambil melihat kembang api dekat alun-alun utara dan menikmati dinginnya Jogja dimalam hari. Seandainya kau tau, disini aku setengah mati merindukanmu. Denyut nafas dan helaan jantung juga turut menginginkan kamu ada disampingku, sedekat kita saling menatap di lantai dua Mister Burger di Jalan Sudirman. Semua hal tentangmu masih hinggap dikepalaku, juga saat kaugenggam jemariku, kautuntun aku menari dibawah hujan di area Plengkung Gading kala itu.

Ingatanku kembali menyerap sosokmu lagi, saat aku datang kerumah dan nenekku berkali-kali bertanya soal kita. Aku bisa jawab apa? Hanya dengan tawa miris yang sebenarnya begitu sulit kutunjukkan. Kamu mengangguk lemah dan dengan bahasa Jawa halus kaujelaskan segalanya. Kaubilang AKU adalah KEKASIHMU, KEBANGGAANMU, KECINTAAN NOMOR SATU. Nenekku tersenyum, seakan beliau merasakan yang ia rasakan dulu bersama kakekku.

Kita berpamitan sebelum meninggalkan rumah, kamu mencium tangan nenekku sembari berpamitan. Aku memerhatikan kejadian itu, seakan tak percaya bahwa KAULAH pria yang kukenal selama ini. Setelah kita putus, rasanya aku tak ingin mengaku bahwa hubungan kita telah berakhir didepan banyak orang yang bertanya soal kebersamaan kita saat ini. Karena, aku dan kamu berusaha terlihat baik-baik saja, kamu masih sering datang kerumah, mengajakku makan malam, memintaku menemanimu melihat beberapa bangunan di Jogja untuk kau gambar.

Aku pernah SANGAT MENCINTAIMU, pernah sangat mengerti bahwa kita dulu punya perasaan yang sama. Diatas sepeda motormu yang suaranya selalu kubenci, kamu memintaku memelukmu sangat erat. Aku ingat saat itu sedang dilmapu merah didekat jalan Solo. Ketika melewati sekolah SMA-mu dulu, kamu memekik Mars De Britto sambil ketawa cekikikan. Aku tak tau apa yang kautertawakan, aku juga tak tau apakah tawa itu adalah tawa yang kaupaksakan karena tau esok hari aku akn meninggalkan Jogja lagi.

Kau arahkan sepeda motormu ke Jalan Sudirman, kita berhenti ditempat biasa kita menikmati suara kendaraan bermotor sambil bercerita banyak hal mengenai AKU dan KAMU. Kamu menyentuh pipiku, rambutku, dan mencubit hidungku sampai merah. Entah mengapa, aku tidak melawan, karena hari itu adalah hari terakhir aku bisa menatapmu SEDEKAT INI. Setelah ini, aku tak perlu lagi bersembunyi dan kamu tak perlu lagi menyembunyikanku. Selamanya, aku akan jadi adikmu, mantan kekasih yang diam-diam masih sering merindukanmu.

Sambil menatap matamu yang teduh, sesekali kuperhatikan jari manismu. Kamu memberikan undangan dengan namamu dan nama seorang wanita yang beberapa minggu lagi menjadi satu daging bersamamu. Benda itu sudah cukup jadi alasan agar aku mematikan perasaan.

Terimakasih untuk persembunyian yang menyenangkan, terimakasih untuk peluk hangat yang diam-diam kauberikan untukku meskipun saat itu kekasihmu mengirimi pesan singkat berkali-kali; pesan yang tak kau gubris sama sekali. Ah, rasanya setiap mengingat ini, aku ingin lari. Pria macam apa yang bisa kucintai sampai berdarah-darah begini?

Senin, 16 Desember 2013

Learn to let go

Kamu mengenalkan namamu begitu saja, uluran tanganmu dan suara lembutmu berlalu tanpa pernah kuingat-ingat. Awalnya, semua berjalan sederhana. Kita bercanda, kita tertawa, dan kita membicarakan hal-hal manis, walaupun segala percakapan itu hanya tercipta melalui SMS, bahkan BBM. Perhatian yg mengalir darimu dan pembicara manis kala itu hanya kuanggap sebagai hal yg tak perlu dimaknai dengan luar biasa.

Kehadiranmu membawa perasaan lain. Hal berbeda yg kamu tawarkan padaku turut membuka mata dan hatiku dengan lebar. Aku tak sadar, bahwa kamu datang memberi perasaan aneh. Ada yg hilang jika sehari saja kamu tak menyapaku melalui chatting di SOCIAL MEDIA, SMS, atau BBM. Setiap hari ada saja topik menarik yg kita bicarakan, sampai pada akhirnya kita berbicara hal yang paling menyentuh, CINTA.

Kamu berbicara tentang MANTAN KEKASIHMU dan aku bisa merasakan perasaan yg kaurasakan. Aku berusaha memahami kerinduanmu akan perhatian seorang wanita. Sebenarnya, aku sudah memberi perhatian itu tanpa kauketahui. Mungkinkah perhatianku yg sering kuberikan tak benar-benar terasa olehmu? Aku mendengar ceritamu lagi. Hatiku bertanya-tanya. seorang pria hanya menceritakan perasaannya pada wanita yang dianggap dekat.

 Aku bergejolak dan menaruh harap. Apakah kau sudah menganggapku sebagai WANITA SPECIAL meskipun kita tak memiliki STATUS dan KEJELASAN? Senyumku mengembang dalam diam, segalanya tetap berjalan begitu saja, tanpa kusadari bahwa CINTA mulai menyeretku ke arah yg mungkin saja tak kuinginkan.

Saat bertemu, kita tak pernah bicara banyak. Hanya sesekali menatap dan tersenyum penuh arti. Ketika berbicara di BBM, kita begitu bersemangat, aku bisa merasakan itu melalui tulisan. Sungguh, aku masih tak percaya segalanya bisa berjalan secepat dan sekuat ini. Aku terus meyakinkan diriku sendiri, bahwa ini BUKAN CINTA -_- ini hanya ketertarikan sesaat karena aku merasakan sesuatu yang baru dalam hadirmu. Aku berusaha memercayai bahwa perhatianmu, candaanmu, dan caramu mengungkapkan pikiranmu adalah dasar nyata PERTEMANAN kita. Ya, SBETAS TEMAN, aku tak berhak mengharapkan sesuatu yang lebih.

Aku tak pernah ingin mengingat kenangan sendiriran. Aku juga tak ingin merasakan sakit sendirian. Tapi, nyatanya...

Perasaanku tumbuh semakin pesat, bahkan tak lagi terkendalikan. Siapakah yg bisa mengendalikan perasaan? Siapakah yang bisa menebak perasaan cinta bisa jatuh pada orang yg tepat ataupun salah? Aku tidak sepandai dan secerdas itu. Aku hanya manusia biasa yg merasakan kenyamanan dalam hadirmu. Aku hanya WANITA yang TAKU KEHILANGAN seseorang yang TAK PERNAH aku miliki.

Salahku memang jika mengartikan tindakanmu sebagai cinta. Tapi, aku juga tak salah bukan jika berharap bahwa kamu juga punya PERASAAN yang SAMA? Kamu sudah jadi SEBAB tawa dan senyumku, aku percaya kau tak mungkin membuatku sedih dan kamu tak akan jadi SEBAB airmataku. Aku percaya kamulah kebahagiaan baru yang akan memberiku sinar paling terang :) aku SANGAT mempercayaimu, SANGAT. Dan itulah kebodohan yang harus aku sesali.

Ternyata, ketakutanku terjawab sudah, kamu menjauhiku tanpa alasan yang jelas. Kamu pergi tanpa ucapan pisah dan pamit :( Aku terpukul dengan keputusan yang tak kausampaikan padaku, tapi PANTASKAH AKU MARAH? Aku tak pernah menjadi siapa-siapa bagimu, mungkin aku hanya persinggahan; BUKAN TUJUAN. Kalau kau ingin tau, aku sudah merancang berbagai mimpi indah yang ingin kuwujudkan bersamamu. Mungkin, suatu saat nanti, juka TUHAN MENGIZINKAN, aku percaya kita pasti bisa saling membahagiakan.

Aku tak punya hak untuk memintamu kembali, juga tak punya wewenang untuk memintamu segera pulang. Masih adakah yang perlu kupaksakan jika bagimu aku tak pernah jadi tujuan? Tidak MUNAFIK, aku MERASA KEHILANGAN :( Dulu, aku TERBIASA dengan CANDAAN dan PERHATIAN KECILMU, namun segalanya tiba-tiba hilang menguap, bagai asap rokok yang hilang ditelan gelapnya malam.

Sesungguhnya, ini juga salahku, yang BERTAHAN dalam diam meskipun aku PUNYA PERASAAN yang lebih dalam dan kuat. Ini bukan salahmu, juga bukan kesalahannya. Tapi, tak mungkin matamu terlalu buta dan hatimu terlalu cacat untuk tau BAHWA AKU MENCINTAIMU.

Aku harus BELAJAR TAK PEDULI. Aku harus belajar memaafkan, juga MERELAKAN.

I Hate to be Honest

Sejak awa, ketika tubuh tegapmu menjegatku, aku sudah mereka-reka banyak jawaban dikepala. Saat sosokmu mulai kuasai pandangan, aku tau ada sesuatu yg berbeda dalam dirimu. Kamu lebih sering berjalan dan berkeliling sambil melipat tangan didepan dada. Wajahmu dilipat sedemikian rupa hingga terlihat jutek dan cukup tampak menyebalkan. Hidung mancungmu lebih sering jadi pusat pandangan, dan betapa aku benci harus jujur mengenai hal ini -_-

Tubuhmu mematung didepan mereka yg mengagumi kewibawaanmu. Kamu cukup mengunci mulut, tanpa membentak dan mereka semua mengerti apa yg kau mau. Dari yg kulihat, kamu bukanlah sosok yg pantas diabaikan. Maka, kuputuskan untuk menatapmu diam-diam, meskipun kau sibuk dengan banyak hal yg tak berhubungan denganku.

Berkali-kali kau melangkahkan kaki, kesana kemari, dari sudut sana hingga sudut sini, berpindah ke banyak sisi- kaurenggut semua rasa peduli. Sesekali kaubertanya pada mereka, namun suaramu tak kunjung terdengar olehku. Suasana riuh hamburkan segalanya, meskipun terdengar berantakan, tapi nyatanya aku masih tak ingin melepas pandanganku dari gerak-gerik tubuhmu. Kuperhatikan caramu menggerakan bibir, menggerakan tanganmu, juga saat kau gerakan tubuhmu. Kamu tak luput dari rasa penasaranku. Kau rebut kewarasanku hingga menyentuh titik kulminasi. Aku belum ingin meledak, aku masih inginn melihat sosokmu bergerak

Langkah anggun, pelan, tapi pasti. Terserah namun tak tergesa-gesa, kamu berpindah ke barisan belakang untuk menjalankan tugas yang kau emban. Beberapa kali kau ajak rekanmu berbicara, dan itulah kali pertama senyummu terlengkung sempurna. Aku terpukau dan semakin membabi buta, sungguh aku sangat ingin memastikan semuanya. Apakah KAMU adalah DIA? Yang telah kuduga-duga? Atau semua hanya khayal yg melebihi batas wajar?

Entah sudah menit keberapa, dan pandanganku masih tak ingin melepaskanmu. Kamu seperti MAGNET dengan daya tarik dengan daya tarik terkuat, dan aku adalah benda konduktor yg rela ditarik oleh MAGISnya pesonamu. Awalnya, segalanya terasa asing, tapi denganmu semua nampak jelas. Senyummu tak terlalu sering tampak, karena memang tugasmu adalah memasang tampang menyebalkan. Jika kuminta sekali saja agar kau tersenyum hanya untukku... maukah?

Aku tau kamu tak akan sadar kalau kuperhatikan, dan mungkin saja kamu memang TAK MAU TAU tentang seseorang yg diam-diam menyimpan goresan wajahmu dalam ingatan. Iya, mungkin juga kamu TAK PUNYA RASA PEDULI. Dan aku hanya terjebak pertemuan semu yg berujung siksa, jika yg ku harapkan terlalu tinggi untuk kugapai.

Harapanku tak terlalu tinggi, hanya ingin kau menatapku dengan tatapan ramah dan hangat. Aku juga ingin mendengar suaramu dan merasakan hangatnya jemarimu. Di sudut sana, kamu berdiri dengan tatapan dingin, kepalamu diangkat kasar agar terkesan angkuh. Aku menghela napas dan kubiarkan kaulepas. Sedtik, dua detik, tiga detik... dan kausudah miliki tempat special itu, HATIKU :)

Selebihnya, aku tak lagi kenal hari. Aku hanya pandai menghitung-hitung wajahmu yg kini sering muncul tiap malam. Rambut gondrongmu yg berkilauan karena keringat dan sinar matahari jadi bayang-bayang yg mengusik konsentrasiku. Waktuku tersita sangat lama, HANYA UNTUK MEMIKIRKANMU, juga pertemuan ABSURD kita yang terjadi tanpa sengaja.

Apa boleh aku sedikit lancang dan sok bijak menanggapi semua ini? Jika ini yang disebut takdir, maka aku BELUM SEPENUHNYA PAHAM akan kehadiranmu dalam hari-hariku. Karena semua terjadi tanpa rencanaku dan juga rencanamu. Mungkinkah ada tangan ajaib yg sengaja mengatur langkah kaki kita agar berada diarah yang sama?

Baru kali ini aku rajin menghitung hari, hingga waktunya datang dan aku kembali bertemu lagi denganmu lagi.

Aku sengaja berangkat pagi-pagi, sebelum adzan subuh, aku sudah siap dengan peralatan yang harus kubawa. Kutatap cermin dengan mantap, aku terlihat bodoh. Dengan kemeja putih kebesaran, rok hitam yg kepanjangan, juga rambut yg dikuncir 2 dibawah. Wajahku terlihat sangat polos dan semua terlihat seperti dulu, ketika zaman taman kanak-kanak. Lugu, bodoh, namun tampak menyenangkan. Hari ini kemungkinan besar aku akan bertemu denganmu.

Ceritanya udahan ya -_- ngantuk -_- bye {}